Amsterdam Schipol Airport, gerbang utama Belanda, sekaligus salah satu pelabuhan udara tersibuk di Eropa. Entah mengapa Schipol selalu membawa perasaan yang bercampur aduk, a mixed-feeling. Sejauh ini, Schipol telah menjadi tempat yang begitu menyenangkan. Dua tahun lalu di tahun 2018, Schipol menjadi pintu pertama kami untuk melihat Belanda dan Eropa. Perjalanan studi di Eropa dimulai dari sini. Kemudian setelahnya, beberapa kali kunjungan lainnya ke Schipol membawa perasaan suka, karena dari Schipol, mungkin sebagian dari kami akan terbang menjelajah keindahan negeri lain di belahan dunia lainnya.
Saya menulis post ini ketika Belanda baru memasuki musim gugur, dimana dedaunan mulai menguning dan tak lama kemudian jatuh berguguran. Cuaca dingin mulai menjadi kawan sehari-hari. Langit biru musim panas mendadak berganti menjadi langit kelabu. Cuaca mendung dan hujan mulai sering menghampiri di musim gugur ini, membuat suasana kota perlahan menjadi gloomy. Dan, akhir-akhir ini pula, entah mengapa Bandara Schipol juga berubah menjadi tempat dengan suasana blues. Hal ini tak lain dan tak bukan adalah dikarenakan sebagian besar dari teman baik saya di Wageningen, akan kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studinya masing-masing. Dalam satu bulan terakhir ini, hampir setiap akhir pekan saya pergi ke Schipol, mengantarkan teman baik saya terbang kembali menuju tanah air. Schipol suddenly became blues at that time. It was another good-bye, another good-bye and another good-bye.
"Schipol, tempat dimana perasaanmu bercampur aduk"
Saat melihat teman-temanmu mulai memasuki gate keberangkatan, disitu perasaan mulai bercampur aduk. Di satu sisi, saya merasa senang dan bangga bahwa pada akhirnya mereka telah berhasil menuntaskan kewajiban studi mereka dengan baik. Namun di sisi lain, ada perasaan sedih dan kehilangan yang menghinggapi. Mereka adalah orang-orang baik yang membuat hidup di Wageningen begitu berwarna. Ketika mereka melemparkan senyum perpisahan, seketika itu kau menyadari bahwa mungkin hidup di Wageningen tidaklah lagi sama seperti dahulu. Things were about to change without those lovely people filling up your day. Pada saat-saat itu, perasaan yang bercampur aduk timbul
bergejolak.
"Dan akhirnya, teman-teman baikmu memasuki gate, melambaikan tangan dan senyuman sembari dalam hati saling mendoakan agar kita semua bisa sukses di jalan yang dipilih masing-masing, sembari berharap agar kita bisa bertemu kembali suatu saat nanti"
Saya hanya ingin mengucapkan terimakasih banyak atas kebaikan kalian selama ini. Saya pasti merindukan banyak hal menyenangkan bersama kalian; bersepeda ke Centrum, berbelanja ke Jumbo, makan es krim di taman depan Action, barbeque di Hoevestein, futsal di Nobelweg, bersepeda ke Blauwe Kamer, bermain angklung, menjelajah hutan Wageningen-Hoog, makan malam di Asserpark, berenang di Sungai Nederrijn, main kartu Uno, dan tentunya momen-momen berjuang bersama menyelesaikan laporan thesis hingga tengah malam di Perpustakaan Forum.
Train to Wageningen would not be the same without your laughter in the cabin
--
Aih, waktu ternyata berlalu begitu cepatnya. Rasanya baru kemarin menginjakkan kaki pertama kali di Schipol. Dan sekarang, di tempat yang sama, Schipol mengantarkan kami untuk memilih jalan kita masing-masing. Pada akhirnya, kisah indah kehidupan di Belanda itu harus berakhir. Walaupun demikian, saya merasa bahwa dua tahun terakhir hidup di Wageningen begitu berwarna. Mungkin, tinggal di Wageningen bersama kalian merupakan salah satu momen terindah dalam hidup saya, dan saya amat bersyukur untuk itu. Kita telah melalui masa sulit bersama, kita telah berbagi canda tawa bersama. Kini saatnya berjuang di jalan yang kita pilih masing-masing. Selamat datang di tanah air untuk kalian, dan selamat mengabdi untuk Ibu Pertiwi. Sukses untuk kalian semua di jalan apapun yang kalian pilih. Sampai jumpa suatu hari, di kondisi yang lebih baik dari hari ini.
Written with love to all best friends in Wageningen,
Wageningen, 09 Oktober 2020
Thank you for the great memories in the last two years!
Comments