top of page

journey

TRAVEL JOURNALS  |  THOUGHTS  |  LIFE STORY

Writer's pictureAfrizal Maarif

10 Film Motivasi Terbaik (Part 2)

Updated: May 30, 2019

Film, media berupa gambar bergerak ini telah menjadi salah satu sarana hiburan favorit saya. Saya mulai menggemari menonton gambar bergerak semenjak saya duduk di bangku SMA. Berawal dari sana, saya mulai mengoleksi film dalam berbagai genre, seperti; action, romance, komedi, drama, biografi, sejarah, science-fiction hingga film motivasi-inspirasi. Dalam postingan kali ini, saya secara khusus ingin membahas beberapa film inspirasi terbaik (versi saya) yang mana film-film ini telah memberikan suntikan motivasi yang berarti dalam hidup saya. Ambil saja contoh mengenai film: October Sky (1999), secara khusus saya ingin berterimakasih pada film ini karena ia telah memberi semangat untuk bangkit kembali ketika pasca terpuruk gagal diterima di perguruan tinggi tujuan selepas lulus SMA.


Mungkin untuk sebagian orang, banyak media yang bisa digunakan (seperti traveling atau membaca buku) untuk membangkitkan kembali semangat hidup, ataupun ketika tengah membutuhkan suntikan motivasi. Namun bagi saya, film adalah media insprasi yang paling ampuh untuk membantu bangkit kembali dari keterpurukan. Film seringkali memiliki cerita unik sarat makna yang mana dengannya, kita bisa merefleksikan setiap pesan dalam berbagai kejadian yang terjadi dalam hidup kita. Dari sekian banyaknya film yang pernah diproduksi di dunia ini, berikut adalah 10 film motivasi terbaik yang sedikit banyak telah merubah hidup saya;


*artikel ini adalah bagian kedua, sambungan dari artikel sebelumnya, dapat diakses di; https://journeymatters.wixsite.com/mysite/journey/10-film-motivasi-terbaik-part-1



Image credit: IMDb


6. Negeri van Oranje (2015)

Negeri van Oranje, bisa jadi ini adalah salah satu film yang berpengaruh dalam hidup saya. Bercerita tentang kisah kehidupan 5 orang mahasiswa asal Indonesia yang menempuh studi master di negeri Belanda; Banjar yang berkuliah di Rotterdam, Daus yang berkuliah di Utrecht, Geri yang berkuliah di Den Haag, Lintang yang berkuliah di Leiden serta Wicak yang berkuliah di Wageningen. Melalui film ini, saya begitu takjub dengan keindahan lansekap negeri kincir angin, mulai dari bangunan tua, taman bunga, kanal hingga kincir angin. Semuanya tertata rapi membentuk landmark negeri Belanda.


Sedari duduk di bangku sekolah dasar dahulu, saya memiliki cita-cita untuk bisa bersekolah di Eropa. Entah mengapa, Eropa begitu mengesankan dalam benak saya. Saya bercita-cita bahwa benua biru adalah salah satu tempat yang harus dikunjungi dalam hidup saya. Berbagai hal telah saya lakukan untuk mewujudkan mimpi saya ini, mulai dari; kursus bahasa asing, mendatangi pameran/seminar pendidikan di Eropa hingga mencari informasi seputar beasiswa di Eropa. Pada prosesnya, saya sempat bimbang untuk menentukan negara tujuan studi, apakah Prancis, Jerman ataupun Inggris. Kebimbangan itu terus berlanjut hingga akhirnya saya menonton film Negeri van Oranje bersama orang tua saya di bioskop.


Melihat film Negeri van Oranje, saya mulai tertarik untuk kuliah di Belanda. Terlebih lagi, pada saat melihat scene si Wicak yang mengajak Lintang untuk keliling kampus Wageningen, kampus yang terlihat hijau, teduh dan tenang di jantung negeri Belanda. Kemudian Wicak menunjukkan sebuah gedung yang membuat saya terkagum-kagum saat itu; Lumen. Gedung Lumen adalah sebuah bangunan yang didesain dengan konsep green house dimana di dalam gedung ini kita bisa melihat banyak tanaman dan juga kolam, membuat gedung ini memiliki kesan erat dengan elemen alam. Lumen terlihat begitu indah di layar bioskop kala itu, dan seketika dalam hati saya mengatakan “tempat ini bakal menjadi kampus saya di masa depan”. Harapan itu terngiang-ngiang sejak saat itu. Semenjak saat itu, saya telah menetapkan pilihan bahwa tujuan saya berikutnya adalah Wageningen University and Research (WUR) di negeri Belanda.


"Harapan itu terngiang-ngiang sejak saat itu. Semenjak saat itu, saya menetapkan pilihan bahwa tujuan saya berikutnya adalah Wageningen University and Research di negeri Belanda"

Alhamdulillah atas nikmat Tuhan yang luar biasa, 2 tahun setelah saya melihat film ini, saya dinyatakan diterima di kampus WUR. Sesederhana itu, berawal dari scene wicak di Lumen, dari mata jatuh ke hati, dari hati membimbing langkah kaki, hingga akhirnya bisa berdiri di tempat ini. Lumen adalah alasan pertama saya berkuliah disini. Pada akhirnya, saat ini saya berkuliah disini. Seringkali saya menghabiskan sore di Lumen bersama buku dan segelas teh hangat sambil mengingat-ingat memori di masa lalu.


Negeri van Oranje, film yang berkesan. Saya berterimakasih secara khusus pada film ini. Film ini telah menginspirasi saya untuk merencanakan tujuan-tujuan di masa depan, hingga akhirnya saya bisa berkuliah di Belanda saat ini. Jadi, apakah kalian juga memiliki film favorit yang turut berpengaruh menentukan rencana kalian ke depan?



Image credit: IMDb


7. Tenggelamnya Kapal van der Wijck

Tenggelamnya Kapal van der Wijck mungkin adalah salah satu film bergenre drama terbaik buatan anak negeri yang pernah saya tonton. Diadaptasi dari novel karya Buya Hamka dengan judul yang sama, film ini berceritakan mengenai kisah seorang pemuda bernama Zainuddin yang berulang kali dirundung kemalangan dalam perjalanan hidunya. Kisah hidupnya begitu berliku. Nelangsa sepertinya telah menjadi teman baiknya. Berulang kali harapan hidupnya dipatahkan, mulai dari penolakan terhadapnya di tempat kelahiran ayahnya hingga depresi karena urusan cintanya. Film ini menurut saya memiliki plot yang runtut serta setting yang rapi ditunjang oleh aktor kawakan seperti Herjunot Ali, Reza Rahadian dan Pevita Pearce. Suasana Indonesia di masa lampau (era 1930an) menurut saya sukses digambarkan dengan baik dalam film ini. Ditambah terdapat scene yang diucapkan dalam Bahasa Belanda menambah kuat kesan setting Hindia Belanda pada masa lampau. Entah mengapa daridulu saya begitu menyukai film dengan setting 1920 – 1940an. Saya merasa bahwa setting pada jaman ini memiliki ciri khas yang unik, mulai dari mobil antik, bangunan kuno hingga gaya busana vintage dan klimis.


Banyak hal yang bisa saya pelajari melalui film ini, terutama mengenai motivasi untuk bangkit lagi dari keterpurukan. Walaupun terkadang hidup terasa tak adil, atau seberapa sering kamu terjatuh, atau betapapun kamu merasa hancur, pada dasarnya selalu ada jalan untuk berdiri tegak kembali. Tokoh Zainuddin mengajarkan bahwa rasa sedih, depresi dan frustrasi adalah hal yang manusiawi dan mungkin butuh waktu untuk menyembuhkannya. Namun demikian, seberapa terpuruknya keadaan, yang paling penting adalah tentang bagaimana kita bangkit kembali, seperti kata pepatah bijak dari Jepang “fall seven times, stand up eight”. Jatuh tujuh kali, maka bangkitlah untu kedelapan kalinya. Seberapa kali kamu terjatuh, senantiasa selalu ada jalan untuk bangkit, walaupun jalannya tak selalu mudah dan memerlukan waktu. Setidak-tidaknya film ini telah mengajarkan arti ikhlas dan makna kerja keras untuk bangkit dan hidup kembali.



Image credit: IMDb


8. The Last Samurai (2003)

The Last Samurai, bisa jadi adalah sebuah film yang membuat saya jatuh cinta terhadap Jepang. Entah mengapa, film ini mampu membuat saya melihat negeri sakura dari sudut pandang yang berbeda. Mengambil latar belakang ketika perang saudara terjadi di Jepang di abad ke 19, film ini banyak mengangkat tentang budaya dan nilai luhur Jepang. Captain Nathan Algren (diperankan oleh Tom Cruise) awalnya diberi tugas untuk melatih tentara Kekaisaran Jepang untuk memerangi kaum Samurai yang memberontak. Kaum Samurai memberontak karena tidak sependapat dengan konsep pembangunan modern berorientasi barat yang dicanangkan oleh Kekaisaran Jepang. Mereka bersikeras untuk menjaga nilai-nilai luhur negeri Jepang. Sebagai bentuk ketidaksetujuan, mereka melakukan banyak pemberontakan terhadap pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah. Peperangan pun banyak terjadi di berbagai penjuru Jepang. Kapten Nathan dipercaya untuk melatih armada tentara Jepang guna melawan kaum Samurai karena ia memiliki pengalaman perang yang mumpuni ketika hidup di Amerika dahulu.


Pada suatu hari, pasukan Kapten Nathan berkonfrontasi dengan tentara Samurai di sebuah medan perang. Karena belum begitu terlatih dengan baik untuk berperang, pasukan Kapten Nathan mengalami kekalahan dan bahkan sang kapten tertangkap dan ditawan oleh pasukan Samurai. Kisah ketika sang kapten berada dalam masa tawanan inilah -yang menurut saya- inti cerita dari film ini. Banyak cerita menarik dan pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari budaya Jepang di bagian film ini. Setelah tertawan, Kapten Nathan diasingkan ke sebuah desa dimana kaum Samurai tinggal. Alih-alih diperlakukan layaknya seorang tawanan, sang kapten malah diperlakukan layaknya tamu di desa ini. Beberapa bulan berada di desa tersebut, Nathan begitu takjub akan cara hidup kaum Samurai yang begitu damai. Mereka memiliki tipikal pekerja keras yang berdedikasi tinggi dalam hal apapun yang mereka kerjakan. Nathan juga terkagum akan bagaimana penduduk desa begitu menghargai dan menghormati satu sama lain. Mereka juga disiplin dan berintegritas tinggi.


Berawal dari sini, saya mulai jatuh cinta terhadap Jepang. Saya memiliki mimpi besar untuk mengunjunginya dan belajar banyak hal darinya. Dan benar saja, setelah berada disana, Japan never fails to impress. Banyak kenangan indah dan pelajaran berharga yang bisa kita dapat darinya. Jepang mampu mengajarkan banyak hal; walaupun Jepang modern telah diselimuti oleh teknologi canggih dimana-mana, negeri ini tetap menjaga nilai-nilai keluhuran mereka. Orang-orangnya begitu ramah dan sopan, mereka selalu berdedikasi tinggi terhadap apapun yang mereka kerjakan. Again, last but not least, Japan never fails to impress.



Image credit: IMDb


9. Racing Extinction

Mungkin bagi sebagian kita yang concern terhadap isu-isu lingkungan, Racing Extinction tidaklah terdengar asing. Racing Extinction merupakan film dokumenter yang menunjukkan betapa kejamnya kita sebagai manusia dalam memperlakukan lingkungan. Seringkali kita begitu serakah dan hanya mementingkan kepentingan diri sendiri tanpa mempedulikan alam sekitar. Banyak aktivitas-aktivitas kita yang secara tidak kita sadari telah menyakiti lingkungan dan menyebabkan banyak permasalahan, termasuk di dalamnya yang sedang hangat diperbincangkan; perubahan iklim.


Di era saat ini, ternyata masih banyak orang yang skeptis dan tidak percaya terhadap fenomena perubahan iklim. Mereka berpendapat bahwa perubahan iklim adalah fenomena yang wajar dan merupakan bagian dari siklus alam. Ya, memang benar, perubahan iklim merupakan siklus alam yang prosesnya memakan waktu yang lama, seperti perubahan pada zaman es dulu yang memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun. Namun saat ini, perubahan iklim dampaknya justru dirasakan dalam kurun waktu yang begitu singkat, banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia secara global, mulai dari industrialisasi, transportasi hingga sektor pangan global pun turut berdampak pada perubahan iklim.


Film Racing Extinction sukses memvisualisasikan dengan baik bahwa perubahan iklim benar-benar terjadi dan aktivitas manusia adalah salah satu faktor pendorong terbesarnya. Film ini cocok sekali untuk ditonton bagi mereka yang masih skeptis terhadap isu perubahan iklim. Film ini mampu menunjukkan bahwa perubahan iklim adalah fenomena yang nyata dan dapat dilihat (tangible). Saya beropini bahwa fenomena perubahan ikllim adalah tangible karena ditunjang oleh visualisasi yang begitu menakjubkan dalam film ini. Racing Extinction juga cocok untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai, terutama generasi muda untuk mengungkapkan betapa bumi kita telah menderita dan sudah merupakan tanggung jawab kita bersama untuk senantiasa menjaga dan merawatnya mulai dari sekarang. Gerakan kecil seperti menghemat listrik, mengurangi sampah plastik atau bahkan menggunakan sepeda untuk mobilitas sehari-hari apabila dilakukan secara masif tentunya akan membawa perubahan yang besar bagi bumi. Jangan skeptis terhadap perubahan iklim, namun justru kita harus optimistis karena banyak jalan untuk membuat bumi kita menjadi tempat yang lebih layak untuk dihuni, untuk kita, anak cucuk kita beserta makhluk hidup lainnya.



Image credit: Miles Film

10. Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016)

Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2; salah satu film lain tentang drama-romansa Indonesia terbaik yang pernah saya lihat sejauh ini. Merupakan kelanjutan dari sekuel sebelumnya (AADC 1), film ini tetap memiliki ciri khas yang unik menurut saya; konflik antara Cinta dan Rangga tetap dibuat secara sederhana, namun dikemas secara ringan, rapi dan terstruktur. Terlebih lagi, didukung oleh artis papan atas Indonesia seperti Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo. Film ini begitu ringan untuk ditonton, namun jalan ceritanya selalu menarik dan membuat penasaran audiens. Sudah beberapa kali saya menonton AADC 2 dan rasanya tidak pernah bosan untuk menonton ulang film ini.


Satu hal yang membuat AADC 2 amat berkesan di hati saya adalah bahwa film ini mengambil Jogjakarta sebagai setting utama. Jogja entah mengapa selalu memiliki tempat tersendiri di hati saya. Setiap sudut kotanya selalu memiliki cerita, orang-orangnya selalu ramah dan santun, kampungnya nyaman untuk ditinggali dan angkringannya selalu memanggil untuk dikunjungi. Jogja mungkin telah menjadi kota favorit kedua saya di Jawa setelah Surabaya. Melihat kembali Jogja di film AADC 2, bagi saya seakan mengantarkan kembali ke beberapa tempat mengenai Jogja, mulai dari kawasan Malioboro, Stasiun Yogyakarta, Kawasan Keraton, hingga jalanan rindang di dekat Pantai Depok. AADC 2 telah banyak membangkitkan memori-memori manis mengenai beberapa tempat tersebut semasa di Jogjakarta.


Jogja akan selalu terasa spesial. Kehadirannya dalam film AADC 2 seakan ingin menunjukkan bahwa bahwa sejauh apapun kau pergi, Jogjakarta dengan segala keunikan dan kesederhanaannya akan selalu melekat di hati.


--


Itu dia 10 film motivasi dan inspirasi terbaik yang pernah saya tonton. Banyak hal yang telah saya pelajari di dalamnya, diantaranya tentang makna hidup, persahabatan, pendidikan, cita-cita, kehormatan, dedikasi, integritas, penilaian terhadap orang lain, kesan terhadap sebuah tempat dan berbagai pelajaran lainnya. Saya merasa bahwa film telah banyak membantu saya untuk refleksi diri. Film telah menjadi media untuk trauma-healing dan ia merupakan media yang ampuh untuk membangkitkan motivasi dan inspirasi. Film telah menjadi kawan lama saya, selain buku. Ia telah menjadi kawan baik yang telah menunjukkan berbagai tempat dan cerita hebat di berbagai penjuru dunia.


"Film telah mengajarkan banyak hal. Film telah menceritakan berbagai kisah hebat. Melalui film, aku bisa melihat dunia"
30 views

Comments


bottom of page