top of page

journey

TRAVEL JOURNALS  |  THOUGHTS  |  LIFE STORY

Writer's pictureAfrizal Maarif

Sepotong Cerita: Perkuliahan di Belanda


Tak terasa, sudah 5 bulan saya berkuliah di Belanda. Selama berkuliah disini, banyak hal yang telah saya rasakan, mulai dari masa adaptasi hingga kesan-kesan selama berkuliah di Belanda. Saat ini, saya sedang menempuh pendidikan master di Department of Landscape Architecture and Planning – Wageningen University. Wageningen, menurut saya adalah kota kecil yang cantik. Walaupun ukurannya kecil dan suasananya tak sehingar-bingar kota besar lainnya di Belanda seperti Amsterdam maupun Rotterdam, sejauh ini saya merasa betah tinggal dan berkuliah di kota ini. Kota ini begitu tenang dan sangat kondusif untuk belajar. Wageningen juga merupakan kota dimana banyak populasi mahasiswa Indonesia yang belajar disini. Jadi, saya selalu merasa nyaman bisa melakukan banyak kegiatan bersama mereka, seperti futsal, masak bersama, berangkat shalat jum’at bersama, hingga ngomong Jowo-an dengan beberapa teman. Banyak kesan-kesan baru yang saya rasakan selama berkuliah disini. Walaupun terkadang pada suatu titik, kita merasa kuliah disini terasa begitu berat, namun Alhamdulillah, sejauh ini kita semua berusaha mengatasinya dengan baik.

Saya ingin bercerita sedikit mengenai bagaimanakah kesan-kesan selama berkuliah di Belanda, terutama di Wageningen University, tempat saya belajar saat ini. Yuk, simak beberapa ceritanya dibawah ini;



1. Sistem Periode

Berbeda dengan durasi perkuliahan di Indonesia yang umumnya menggunakan sistem semester (4 - 6 bulan), di Belanda -termasuk di Wageningen University- kami menggunakan sistem periode. Satu periode bisa memiliki panjang satu atau dua bulan. Umumnya di Indonesia, satu tahun akademik terdiri dari 2 semester (gasal dan genap). Di Belanda, selama satu tahun akademik, terdapat kurang lebih 6 periode. Dalam sistem periode ini, kita hanya mengambil maksimal 2 mata kuliah (courses) dalam satu periode.


Perbedaan waktu perkuliahan dalam sistem semester dan sistem periode

Sumber gambar : Penulis, 2019


Dengan sistem periode ini, ada sisi positif dan negatif yang saya rasakan. Bagi saya, tidak enaknya menggunakan sistem periode ini adalah saya merasa waktu perkuliahan yang teramat singkat, yaitu hanya satu atau dua bulan, lalu kita sudah memasuki mata kuliah baru dalam periode berikutnya. Terkadang waktu terasa begitu cepat, sehingga kita disini benar-benar perlu mengatur waktu dengan baik untuk menyelesaikan tugas dan mempersiapkan ujian. Untuk sisi positifnya, dengan sistem periode saya merasa lebih fokus untuk mendalami materi pada mata kuliah tersebut, dikarenakan selama dua bulan penuh kita hanya mempelajari maksimal dua mata kuliah saja.



2. Dosen yang Suportif

Dosen memiliki kesan positif dan selalu mendorong mahasiswa untuk akfif dan kritis di kelas

Sumber gambar : Penulis, 2018


Sejauh ini saya merasa sangat senang dengan attitude dosen disini yang begitu positif dan suportif terhadap mahasiswa. Dosen berpikiran sangat terbuka (open-minded) dan selalu menerima dengan ramah kritikan maupun argumen dari mahasiswa selama di kelas. Mereka senang sekali apabila suasana diskusi di kelas begitu hidup.


Jujur, selama awal-awal perkuliahan disini, saya sering merasa malu untuk mengutarakan pendapat saya di kelas. Saya entah mengapa sudah terintimidasi oleh pikiran saya sendiri, terkadang saya merasa apa yang ingin saya tanyakan adalah pertanyaan yang terlalu sederhana, ataupun pertanyaan bodoh yang sangat mudah untuk dijawab. Pada awal perkuliahan dulu, terkadang saya juga merasa minder untuk berbicara maupun menyampaikan pendapat di kelas hanya karena saya berpikir bahwa saya ini mahasiswa asing, rasa takut akan pertanyaan saya tidak jelas maupun tidak dapat dimengerti dikarenakan masalah bahasa seringkali menghantui saya, sehingga menjadikan saya tidak berani bertanya.

Namun, sebaliknya, apa yang saya dapatkan justru sebaliknya, dosen saya bersikap sangat suportif. Ia sangat mendukung semua mahasiswa agar berani mengutarakan pendapatnya, terutama mahasiswa non-Belanda yang mungkin pada masa itu masih adaptasi dengan kehidupan disini. Saya masih ingat betul statement dosen saya,”There’s no stupid questions, just be brave to say your argument”. Statement ini ibarat memotivasi saya, selalu terngiang-ngiang di kepala saya untuk senantiasa aktif dan kritis selama di kelas.


”There’s no stupid questions, just be brave to say your argument”

- Lectures on Wageningen Campus, September 2018


So, apabila terkadang teman-teman masih merasa malu untuk bertanya, atau masih merasa takut untuk mengungkapkan pendapat dikarenakan takut salah, coba buang jauh-jauh mental block tersebut. Karena pada umumnya dosen kalian pasti akan menghargai setiap pendapat mahasiswanya, dan tentunya ia pasti juga senang apabila suasana di kelas berjalan dengan aktif.


*Funfacts: Kata “Dosen” ternyata berasal dari Bahasa Belanda “Docent” yang berarti guru/pengajar.



3. Tepat waktu

Satu hal yang begitu saya kagumi dengan kultur disini adalah tentang bagaimana mereka menghargai waktu. Time is money mungkin ungkapan yang terdengar klise namun benar-benar diterapkan disini. Seperti misalnya; kuliah mulai jam 8:20 hingga 11:40 pagi. Kuliah pukul 8:20 pagi adalah sesuatu yang cukup sulit dilakukan disini –setidaknya untuk saya- terutama di musim dingin ketika pada jam tersebut hari masih subuh dan gelap. Namun di kelas, beberapa menit sebelum jam tersebut, dosen telah berada di kelas dan tepat pada jam 8:20, kelas akan dimulai.


Pun demikian ketika pukul 11:40, umumnya tepat pada jam ini dosen akan mengakhiri sesi perkuliahannya. Bahkan apabila suatu ketika jam perkuliahan selesai lebih lama, katakan 10 menit dari jadwal semula, mahasiswa diperkenankan meninggalkan ruangan kelas. Dan saya melihat fenomena ini adalah hal yang biasa dan tidak menyinggung perasaan dosen (apabila mahasiswa meninggalkan ruangan kelas ketika dosen masih mengajar).

Tak hanya dosen, teman-teman kuliah juga begitu menjunjung tinggi budaya tepat waktu. Pada saat membuat janji untuk kerja kelompok atau olahraga bersama, Mereka akan datang tepat di waktu yang telah disepakati bersama. Jarang sekali mendengar mereka bilang masih “otewe” namun baru datang satu jam setelahnya, seperti apa yang kita biasa temui di Indonesia :D.


Budaya menghargai waktu, Itulah salah satu hal yang saya kira perlu untuk kita tiru dimanapun kita berada.



4. Reading Assignment

Ketika kuliah di Belanda, kita diharapkan untuk banyak membaca. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya reading assignment selama masa perkuliahan berjalan. Ketika masa-masa awal perkuliahan dahulu, saya sempat shock dan terbebani dengan daftar bacaan yang banyak; mulai dari artikel berita, jurnal ilmiah, buku dan sebagainya. Namun setelah terbiasa, saya merasa bahwa membaca memiliki banyak manfaat, dikarenakan pada umumnya, reading assignment berkaitan dengan mata kuliah yang akan diberikan pada hari itu. Jadi, apabila kita mau meluangkan waktu sebelumnya untuk membaca, kita akan dapat menangkap dan mencerna materi perkuliahan yang diberikan dengan lebih mudah.


Banyak membaca merupakan salah satu kunci utama untuk mengikuti alur perkuliahan dengan baik

Sumber gambar : Penulis, 2019


Lagipula, setelah saya pikir-pikir, beban bacaan yang diberikan telah dipersiapkan dengan baik alokasi waktunya oleh dosen, sehingga mahasiswa masih memiliki waktu luang di luar jam perkuliahan. Beberapa dosen disini beranggapan bahwa segala sesuatunya harus seimbang, work-life balance. Bahkan salah satu dosen saya pernah berkata, “students should not work at night”. Jadi, walaupun teman-teman memiliki daftar bacaan atau tugas perkuliahan lainnya yang padat, jangan sampai lupa bahwa kalian juga berhak meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan diluar akademik.



5. Group work

Kegiatan kerja kelompok di salah satu sudut kampus

Sumber gambar : Penulis, 2018


Selama berkuliah disini, kita akan banyak terlibat dengan kegiatan kerja kelompok atau group work. Dalam satu mata kuliah, biasanya ada minimal satu atau dua tugas yang dikerjakan secara berkelompok. Banyak manfaat yang bisa kita ambil dari kerja kelompok ini, diantaranya; kita bisa melatih kemampuan komunikasi, argumentasi, berpikir kritis serta team work dengan rekan-rekan sekelompok. Selain itu, dengan group work, kita juga bisa memperluas jejaring pertemanan kita dengan kawan-kawan yang berbeda negara. Sejauh yang saya rasakan, kuliah di Belanda menyuguhkan kita pada lingkungan yang diverse. Selama kuliah disini, saya bisa merasakan pengalaman bekerja sama dengan teman-teman dari berbagai negara, mulai dari Belgia, Ethiopia, China, Swedia, Belanda, Polandia, Austria hingga Estonia. It feels really nice to be friend with people from all around the globe.



6. Short Break

“Alright, let’s have 15 minutes break and then we’ll continue to the next discussion”, ujar seorang dosen.

Satu hal yang saya suka selama kuliah di Belanda, terutama di Wageningen, adalah bahwa dosen selalu memberi waktu istirahat sejenak atau short break setiap + 1 jam perkuliahan berjalan. Terkadang kita memiliki jam perkuliahan selama kurang lebih 3 jam dan akan sangat jenuh rasanya apabila kita duduk selama 3 jam non-stop mendengarkan perkuliahan dari dosen. Maka dari itu, umumnya dosen selalu memberikan short break di dalam jam perkuliahan. Biasanya waktu yang diberikan untuk short break ini adalah 10 hingga 15 menit. Selama waktu short break, kita bisa menggunakannya untuk pergi ke kamar kecil, pergi membeli secangkir kopi atau bisa juga kami gunakan untuk shalat bagi kami yang muslim.


Short break diberikan untuk menghindari suasana jenuh di dalam perkuliahan

Sumber gambar : Penulis, 2019



7. Sepeda

Sepeda adalah moda transportasi utama mayoritas mahasiswa di Belanda. Ditunjang oleh fasilitas bersepeda yang nyaman, seperti; jalur sepeda dan tempat parkir, sepeda telah menjadi primadona mahasiswa di Belanda untuk mobilitas sehari-hari. Mau pergi ke kampus dari student housing, atau mau belanja ke pasar di Centrum (city centre), semuanya dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan sepeda. Tak heran, di Belanda tiap mahasiswa setidaknya memiliki satu sepeda untuk transportasi sehari-hari.


Sepeda, salah satu hal yang wajib dimiliki ketika berkuliah di Belanda

Sumber gambar : Penulis, 2019


Itulah beberapa kesan-kesan yang saya rasakan selama berkuliah di Negeri Kincir Angin. Alhamdulillah, sejauh ini saya merasa betah berkuliah di Belanda, terutama di Wageningen, tempat dimana saya belajar saat ini. Kuliah di Belanda begitu mengasyikkan, kita bisa memiliki banyak teman baru disini, dan tentunya kita bisa belajar banyak hal dan budaya baru.


Good Luck dan selamat berjuang saya ucapkan bagi teman-teman yang juga ingin berkuliah di Belanda. Bismillah, semoga jalan teman-teman sekalian senantiasa dilancarkan bagi yang ingin menyusul kesini. Selamat berjuang!




Wageningen, Belanda. 23 Januari 2019, 16:42

18 views

コメント


bottom of page