“The world is a book and those who do not travel only read one page”
– St Augustine
Dunia ibarat sebuah buku, dan mereka yang tidak berkelana hanya membaca satu halaman saja. Kutipan tersebut terdengar sederhana namun bermakna sangat menarik. Berawal dari membaca kutipan tersebut, saya selalu terinspirasi untuk bisa menjelajahi tempat-tempat baru, belajar budaya baru serta berinteraksi dengan orang-orang baru. Perjalanan dan pengembaraan selalu menjadi hal yang berkesan bagi saya.
Hingga akhirnya pada penghujung tahun 2016, saya bersama seorang sahabat saya memiliki ide gila untuk melakukan ekspedisi ke Pulau Flores, dengan menggunakan sepeda motor bebek 110 cc! Ekspedisi ini kami mulai dari kota tempat tinggal kami, Surabaya, dengan tujuan akhir sebuah tempat yang kata orang begitu eksotis, salah satu surga di Indonesia timur, yaitu Labuan Bajo. Ekspedisi ini bakal menempuh ribuan kilometer melintasi darat, menyeberangi lautan serta melintasi beberapa pulau diantara Pulau Jawa hingga Flores. Ekspedisi yang begitu menantang, paduan antara perjalanan darat dan laut yang penuh kejutan telah siap kami lalui. Kami sangat antusias dengan perjalanan ini!
Menempuh perjalanan darat yang begitu panjang serta beberapa kali penyeberangan laut memerlukan persiapan yang matang. Kondisi fisik dan mesin kendaraan telah kami persiapkan demi keselamatan selama di perjalanan. Tak lupa kami membawa peta dan merencanakan rute darat mana saja yang akan kami tempuh. Begitu pula penyeberangan laut, rute penyeberangan laut hingga sampai ke destinasi akhir telah kami rencanakan melalui rute penyeberangan; Jawa – Bali, Bali – Lombok, Lombok – Sumbawa hingga akhirnya Sumbawa – Flores. Kami bakal melakukan semua penyeberangan laut tersebut bersama ASDP Indonesia Ferry. Ketika segala persiapan telah matang, kami telah bersiap untuk memulai ekspedisi ini.
Pada suatu pagi di Bulan Desember tepat sehabis subuh, kami memulai perjalanan itu. Pagi itu, hawa dingin menyelimuti setiap perjalanan kami dari Kota Pahlawan, namun demikian, dinginnya pagi tak mampu membendung semangat kami yang menggelora untuk memulai ekspedisi ke timur ini. Kami berkendara dengan santai menuju ke arah matahari terbit dan kami begitu menikmati setiap mil dari perjalanan ini. Pemberhentian pertama kami adalah Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi. Kami tiba di pelabuhan tersebut pada sore hari setelah menempuh perjalanan panjang dari Surabaya hingga Banyuwangi. Rasa lelah seusai perjalanan jauh seakan hilang ketika kami mulai menyeberang dengan ASDP Indonesia Ferry. Indahnya pemandangan di Selat Bali serta angin laut yang berhembus lembut seakan memberikan perasaan rileks bagi kami yang sedang lelah. Menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit, akhirnya kapal bersandar di Pelabuhan Gilimanuk - Bali. Kami telah bersiap untuk menempuh perjalanan berikutnya; perjalanan ujung barat ke ujung timur Pulau Bali, yaitu ke pemberhentian kami berikutnya; Pelabuhan Padang Bai.
Kami kembali memulai perjalanan darat dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Padang Bai di ujung timur Bali. Perjalanan panjang itu kami mulai pada petang hari seusai kami melaksanakan ibadah shalat maghrib di sebuah masjid. Rute yang kami pilih adalah jalur selatan Bali dan pada hari itu, jalanan begitu ramai dengan kendaraan besar yang menyebabkan kami harus selalu berhati-hati dan ekstra waspada selama berkendara. Setelah 5 jam berkendara dari ujung barat ke timur, akhirnya kami tiba di Pelabuhan Padang Bai. Setelah menunjukkan tiket kami kepada petugas, kami memarkirkan motor kami di Kapal Ferry dan kemudian naik ke atas untuk beristirahat. Ketika sampai di kabin penumpang, kami amat takjub dengan layanan ASPD Indonesia Ferry yang semakin baik. Fasilitas dan interior di dalam Kapal Ferry sudah semakin cantik dan bersih sehingga menambah kenyamanan bagi penumpang. Penyeberangan malam selama 5 hingga 6 jam itu, kami gunakan untuk beristirahat dengan nyenyak di dalam kabin penumpang yang nyaman. Kami bermimpi indah malam itu dan bersiap untuk membuka mata di Pulau Lombok keesokan harinya!
Selamat pagi Lombok!
Pulau Lombok terlihat samar-samar di balik kabut gelap ketika kami terbangun dari tidur nyenyak semalam. Beberapa saat sebelum subuh, akhirnya kami tiba di Pulau Lombok! Kami amat gembira karena itu adalah kali pertama kali menginjakkan kaki di pulau ini. Selepas Ferry merapat di pelabuhan, kami langsung melanjutkan perjalanan untuk mencari surau terdekat guna menunaikan ibadah shalat subuh. Seusai shalat, kami melanjutkan ekspedisi kami ke pemberhentian berikutnya; Pelabuhan Kayangan di ujung timur Pulau Lombok. Cuaca Lombok pagi itu begitu bersahabat. Langit begitu cerah ketika sang fajar mulai menampakkan diri dari peraduannya. Pemandangan hijau sawah nan subur di kanan-kiri jalan disertai Gunung Rinjani yang amat kokoh sebagai latar belakangnya membuat Lombok terlihat begitu cantik pagi itu. Begitu pula senyuman dan gurauan siswa sekolah dasar yang berangkat sekolah yang kami temui di sepanjang perjalanan kami pagi itu membuat perjalanan kami di Lombok begitu manis. Ah, saya langsung jatuh cinta pada Lombok saat itu juga! Lombok tak hanya eksotis, tapi juga ramah, setidaknya itulah first impression kami pada Lombok pagi itu. Setelah berkendara santai melintasi jalanan dari barat hingga ke ujung timur Pulau Lombok, akhirnya sampailah kami di Pelabuhan Kayangan. Kami memesan tiket Ferry untuk menyeberang ke pulau berikutnya; Pulau Sumbawa!
Pagi itu jarum jam menunjuk ke angka 10.00 ketika Kapal Ferry perlahan mulai meninggalkan Pulau Lombok. Saya jatuh cinta pada penyeberangan dari Lombok menuju Sumbawa ini. Pemandangan gugusan-gugusan pulau diantara lautan biru tersaji sejauh mata memandang. Kami amat senang dengan Ferry yang kami tumpangi saat itu. ASDP Indonesia Ferry telah banyak melakukan pembenahan fasilitas dalam kapal dengan memberikan tempat duduk yang nyaman bagi penumpang. Kala itu, kami memilih duduk di luar. Kami merasa sangat nyaman duduk di luar ditemani angin sepoi-sepoi yang menyisir rambut kami. Asyiknya Naik Ferry adalah kami dapat melihat banyak interaksi menarik yang ada di Kapal Ferry. Ada seorang balita yang sedang bermain bola mainan dengan orang tuanya, ataupun pedagang asongan yang sedang berinteraksi dengan pembelinya dan juga seorang kawan yang sedang bersenda-gurau dengan kawan lainnya. Ditemani pemandangan dan cuaca yang begitu baik pagi itu, semua orang nampaknya amat senang bepergian menggunakan Kapal Ferry waktu itu. Sebagai pelanggan, kami mengucapkan terimakasih pada ASDP Indonesia Ferry yang telah banyak menghadirkan senyuman bagi masyarakat Indonesia dengan memberikan layanan berupa perjalanan laut yang nyaman dan mengasyikkan!
Hamparan pasir putih dan air laut hijau toska menyambut kami, menandakan bahwa kami hampir sampai di Tanah Sumbawa. Setelah melewati penyeberangan yang mengasyikkan selama kurang lebih satu jam, Kapal Ferry mencari ancang-ancang untuk bersandar di Pelabuhan Poto Tano. Kapal pun merapat, akhirnya Kapal Ferry telah membawa kami ke pulau berikutnya dengan selamat. Welcome to Sumbawa! Hari menjelang siang, kami melanjutkan perjalanan panjang melintasi Pulau Sumbawa hingga ke destinasi kami berikutnya, yaitu Pelabuhan Sape, checkpoint terakhir sebelum akhirnya kami sampai pada tujuan utama kami, Labuan Bajo! Perjalanan dari ujung barat ke ujung timur Sumbawa begitu panjang dan melelahkan, menempuh jarak hampir 300 km. Maka dari itu, sebelum sampai ke Sape, kami putuskan untuk beristirahat sejenak di Kota Bima. Sumbawa di mata kami begitu indah. Hamparan padang rumput terbentang di sepanjang perjalanan kami, lengkap dengan hewan ternak seperti kambing, sapi dan kuda yang sedang mencari makanan, menambah kecantikan komposisi alami tersebut. Jalan Raya di Pulau Sumbawa begitu mulus, membuat kami berkendara begitu santai sembari menikmati angin segar selama perjalanan. Suasana di Sumbawa begitu alami, dimana hewan ternak dibebaskan berkeliaran -bahkan di jalan raya- membuat kami merasa bagaikan sedang berada dalam scene Discovery Channel yang biasa kami tonton di layar kaca. Suasana alami di Sumbawa membuat pulau ini memiliki kesan tersendiri di hati kami. Setelah menempuh 8 jam perjalanan darat, akhirnya sampailah kami di Kota Bima. Kami memutuskan untuk singgah selama semalam di rumah kerabat setelah melakukan perjalanan panjang. Kami setengah tidak percaya bahwa kami telah melalui perjalanan panjang yang hebat dari Pulau Jawa hingga Sumbawa!
Kami tidur begitu pulas malam itu. Keesokan paginya, kami merasa begitu fit untuk kembali melanjutkan perjalanan. Pelabuhan Sape, adalah tujuan kami berikutnya, sebuah gerbang terakhir sebelum akhirnya sampai ke Labuan Bajo. Kami meneruskan perjalanan di pagi buta dari Kota Bima menuju Pelabuhan Sape yang ada di ujung timur Sumbawa. Melewati jalur di bibir pantai hingga melintasi perbukitan kami lalui untuk menuju ke Pelabuhan Sape. Setelah perjalanan selama kurang lebih dua jam, sampailah kami di Sape. Pagi itu pelabuhan begitu ramai, terlihat banyak masyarakat yang mengantre untuk membeli tiket Kapal Ferry menuju ke Labuan Bajo. Terlihat pula beberapa wisatawan asing yang hendak menyeberang menuju ke Labuan Bajo. Kami pun ikut mengantre untuk membeli tiket. Antrean berjalan tertib rapi, dan seorang petugas melayani penjualan tiket di loket secara bersahabat. Petugas melayani dengan ramah baik warga lokal maupun wisatawan asing yang akan membeli tiket. Tiket sudah di tangan, dan kami bersiap untuk menaiki Kapal Ferry berikutnya, yakni Kapal Ferry yang akan membawa ke destinasi impian kami, yaitu Labuan Bajo di Pulau Flores.
Diatas Kapal Ferry, kami telah mendapat sebuah kursi di ruang penumpang. Kami mencoba mengobrol dengan beberapa penumpang lainnya. Salah seorang yang kami temui mengatakan bahwa penyeberangan Sape - Bajo memakan waktu yang cukup lama, yaitu; 7 – 8 jam. Waktu yang cukup lama, bahkan ini adalah waktu penyeberangan terpanjang di sepanjang ekspedisi kami dari Pulau Jawa. Namun demikian, perlu saya bilang, bahwa penyeberangan dari Sape ke Bajo ini adalah penyeberangan yang paling berkesan bersama Ferry. Banyak hal-hal unik dan menarik yang kami temui selama penyeberangan ini. Kami banyak berinteraksi dengan wajah-wajah baru yang memiliki segudang cerita yang menarik. Banyak wawasan baru yang kami dapat setelah kami mengobrol dengan kawan baru kami.
Pada saat Kapal Ferry mulai berlayar meninggalkan Sape, kami bertemu dengan Ghazali, orang asli Bima, namun ia bekerja di Labuan Bajo. Ia seorang pemuda yang supel dan tak perlu banyak alasan ia langsung akrab dengan kami. Ia tak segan menawarkan air mineral, kretek dan salome (sejenis cilok di Jawa) kepada kami, membuat obrolan kami begitu seru dan asyik. Kami membahas banyak hal, termasuk bagaimana adat dan istiadat yang dipegang teguh oleh masyarakat di Sumbawa dan Flores, sebuah wawasan baru yang amat bermanfaat bagi kami yang berasal dari Jawa.
Kemudian kami bertemu dengan Mike dan Isabella, backpacker asal Amerika Serikat yang sedang berkeliling Indonesia. Tujuan mereka berikutnya adalah Pulau Flores, mereka ingin mengeksplor daratan Flores dan melihat desa adat yang amat terkenal, yakni Desa Waerebo. Mike dan Isabelle amat takjub dengan kekayaan adat istiadat dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Mereka mengatakan bahwa Indonesia adalah destinasi wisata yang unik untuk dikunjungi dan mereka sangat antusias dengan perjalanan mereka menuju ke destinasi berikutnya. Good luck for your journey, Mike and Bella!
Setelah selesai berbicang dengan Mike dan Isabella, kami melihat jam bahwa saat itu telah masuk waktu Dhuhur. Kami bergegas untuk menunaikan shalat di fasilitas musholla yang disediakan oleh Kapal Ferry. Ketika kami mulai masuk musholla, kami begitu terkejut melihat musholla yang ada. Musholla begitu bersih, rapi serta telah dilengkapi failitas pendingin udara yang membuat ruangan menjadi semakin nyaman. Selain itu, penumpang juga begitu tertib tidak menggunakan musholla sebagai tempat tidur, membuat kegiatan beribadah menjadi semakin nyaman dan khusyuk. Kami amat berterimakasih pada ASDP Indonesia Ferry yang telah memberikan fasilitas ibadah yang nyaman di Kapal Ferry yang ada.
Seusai shalat, kami pergi ke deck untuk menikmati angin dan menyapa lautan biru. Ketika sedang asyik menikmati pemandangan, kami bertemu dengan sosok yang unik; Pak Wawan, seorang seniman asal Jawa Tengah. Ia merupakan sorang seniman sejati dan memiliki banyak kisah unik mengenai prinsip seni yang dipegangnya. Ia pun juga bercerita mengenai jatuh bangun perjuangannya mendirikan galeri seni miliknya sendiri di Magelang, Jawa Tengah hingga menjadi sukses seperti saat ini. Ternyata, Pak Wawan ini juga sedang melakukan touring sepeda motor gede, alias moge, bersama kawan-kawan se-komunitasnya. Perjalanan yang ditempuhnya ternyata lebih panjang dari perjalan kami, yaitu dari Jogjakarta di Jawa, hingga Larantuka di ujung Pulau Flores. Mengetahui bahwa kami pun juga sedang melakukan touring, percakapan kami menjadi semakin seru. Kami saling berbagi pengalaman menarik yang kami lalui selama di perjalanan. Bersama beliau, kami banyak mendapatkan tips-tips demi keselamatan dalam berkendara selama touring. Terimakasih Pak Wawan atas sharingnya, tips dari beliau benar-benar bermanfaat dalam perjalanan kami!
Ketika usai mengobrol dengan Pak Wawan, tiba-tiba kami dikejutkan dengan munculnya kawanan lumba-lumba ke permukaan laut. Sebuah momen langka yang dapat kami saksikan selama penyeberangan Ferry. Lumba-lumba tersebut begitu lucu berenang bersahutan satu dengan yang lainnya. Tak sedikit penumpang yang mengabadikan momen tersebut dengan kamera ponsel maupun kamera profesionalnya. Semua penumpang sangat antusias dan terhibur dengan kehadiran kawanan lumba-lumba tersebut. Kawanan lumba-lumba yang berenang memecah ombak tenang membuat perjalanan tersebut terasa semakin seru. Memang sungguh Indonesia ini terlalu indah untuk diterangkan oleh kata-kata.
Tak lama setelah melihat kawanan lumba-lumba, kami berjumpa dengan Kato-san, yang kebetulan baru saja mengabadikan kawanan lumba-lumba tersebut melalui lensa kameranya. Kato-san merupakan seorang solo-traveler dari Negeri Matahari Terbit. Ia jauh-jauh terbang dari Jepang menuju ke Indonesia karena ia ingin melihat Manta Ray (biota laut sejenis ikan pari) yang sangat eksotis. Kami amat kagum dengan Kato-san, karena di usianya yang sudah senja (saat itu kami perkirakan usia beliau sudah 60-an keatas) namun ia masih tetap bersemangat untuk melakukan solo-traveling di usianya yang tak lagi muda. Satu hal menarik yang saya ingat dari Kato-san adalah, bahwa ia sangat mencintai hal-hal detil. Ia mencatat setiap detil perjalanannya dalam buku diary yang selalu dibawanya kemana-mana. Walaupun terkadang percakapan kami sedikit terhambat karena kendala bahasa, saya sangat menikmati setiap percakapan dengan Kato-san. Beliau telah menginspirasi saya untuk membuat travel journal guna menulis cerita dan pengalaman selama perjalanan saya. Dōmo arigatō Kato-san! どうもありがとう
Tak lama berselang, kami bertemu dengan John, seorang diver asal Inggris. Ia berasal dari Kota London dan merupakan seorang fans sejati klub sepakbola Fulham. Ternyata, John telah tinggal di Indonesia cukup lama karena ia sempat bekerja sebagai instruktur diving disini. Ia mengaku sangat jatuh cinta dengan Indonesia, terutama kekayaan alam bawah lautnya. Ia telah banyak mengunjungi spot diving di Indonesia, dan salah satu yang terbaik menurut John adalah di Kepulauan Banda Naira. John menceritakan dengan detil segala keindahan Banda Naira yang ditemuinya. Mulai dari pantainya yang cantik, terumbu karang yang masih sehat dan juga Orang Banda yang begitu ramah kepadanya. Ia menceritakan pesona Banda Naira dengan detil dan runtut seakan-akan ia adalah seorang storyteller profesional. Banyak cerita dan pengalaman dari John yang membuat saya semakin cinta dan bangga akan Indonesia. Cerita dari John benar-benar memotivasi saya untuk bisa mengunjungi Banda Naira (dan akhirnya saya berhasil mewujudkan impian ini setahun berikutnya). Thank you, Mate! You’ve had amazing stories that inspired me a lot!
Hari itu telah memasuki waktu senja. Daratan Flores telah nampak di kejauhan ketika kami berkenalan dengan Abdul, seorang siswa sekolah dasar asal Labuan Bajo yang bersekolah di Bima. Usianya mungkin baru 10 tahun dan sedang duduk di kelas 4 sekolah dasar. Ia bercerita bahwa saat itu sedang libur sekolah, dan ia ingin pulang ke rumah keluarganya di Labuan Bajo. Walaupun masih kecil, Abdul begitu baik kepada kami. Kami banyak bertanya padanya seputar penginapan/hotel yang ada di Labuan Bajo. Kami juga bertanya-tanya seputar perjalanan wisata ke Taman Nasional Komodo padanya. Dan ternyata, ia sangat berbaik hati menawarkan untuk mengantar kami ke Pulau Komodo menggunakan kapal milik kakaknya. Saya begitu senang karena bertemu dengan banyak orang-orang baik dan inspiratif di Kapal Ferry kala itu.
Senja itu sang surya hampir kembali ke peraduannya di ufuk barat ketika kami akan tiba di Labuan Bajo. Pertama kali melihat Labuan Bajo, kami begitu takjub dengan tempat ini. Sebelum Ferry memasuki area pelabuhan, kami melihat banyak kapal-kapal kayu bermodel phinisi yang eksotis berjajar-jajar di sekitaran pelabuhan. Melihat deretan kapal-kapal phinisi itu, seolah-olah kita sedang berada dalam film The Pirates of Caribbean. Goresan warna jingga dari matahari senja, dipadukan dengan warna-warni kapal phinisi membuat pemandangan itu adalah salah satu yang terbaik yang pernah saya lihat dalam hidup saya. Labuan Bajo memang sedang cantik-cantiknya kala itu. Sebelum kapal merapat, kami sempatkan untuk berpamitan terlebih dahulu dengan kawan baru yang kami temui siang tadi. Kami saling mengucapkan salam perpisahan dan saling medoakan agar selalu mendapatkan keselamatan pada perjalanan berikutnya.
Hallo Labuan Bajo!
Akhirnya kami sampai juga pada tujuan utama kami, Labuan Bajo! Kami tiba di Labuan Bajo di waktu senja yang sangat cantik. Labuan Bajo, tempat yang sudah kami impikan sejak dahulu, saat ini kami berhasil menginjakkan kaki di tempat tersebut. Begitu puas dan lega rasanya. Kata orang, Labuan Bajo begitu cantik, kami pun sangat sepakat dengan pernyataan itu. Banyak hal seru yang telah kami imajinasikan ketika berada di Labuan Bajo, diantaranya; mendaki ke bukit untuk menikmati view pelabuhan, mengunjungi Taman Nasional Komodo untuk melihat komodo dragon yang sangat terkenal, snorkeling di beberapa spot untuk menikmati keindahan bawah laut dan melihat Manta Ray! Dan tentunya yang terakhir menghabiskan senja sembari menikmati keindahan lansekap di Pulau Padar.
Labuan Bajo, kami jatuh cinta dengan tempat ini! Tempat yang amat menakjubkan dengan penduduknya yang ramah pada kami. Kami menghabiskan beberapa hari di kota ini. Kamipun mewujudkan impian kami untuk berkunjung ke Taman Nasional Komodo, snorkeling di Pulau Kanawa, Manta-Point serta Pantai Pink untuk menyapa ikan badut yang bersembunyi diantara terumbu karang. Kami pun merasa teramat bahagia karena pada akhirnya kami bisa mengunjungi Pulau Padar, pulau yang sangat cantik yang biasa kami lihat di feed Instagram para pelancong, namun akhirnya detik itu juga kami diberi kesempatan untuk melihat langsung kecantikan Pulau Padar. Untuk menikmati pemandangan Pulau Padar, kami harus mendaki terlebih dahulu ke puncak bukit di pulau ini. Trek menuju puncak bukit begitu terjal dan terkadang kami harus mendaki bebatuan curam untuk bisa sampai ke puncak. Namun pada akhirnya, ketika kami telah sampai di puncak, semua itu terbayarkan. Saya amat terharu pada saat melihat kecantikan Padar dari puncak. Tiga pantai dengan warna pasir yang berbeda-beda (merah muda, putih dan hitam) terlihat berjajar dengan padu, membentuk komposisi lansekap yang amat sempurna. Saat itu, bisa saya bilang bahwa Pulau Padar adalah pulau paling indah yang pernah saya lihat dalam hidup saya. Mengingat-ingat perjalanan jauh dari Pulau Jawa, saya terdiam dan seakan masih tidak percaya bahwa saya telah sampai di titik ini, titik dimana saya bisa melihat pemandangan super indah bersama seorang sahabat saya yang telah berkawan tujuh tahun lamanya. Ah, Semesta memang begitu baik pada kami! Kami amat besyukur saat itu dan amat menikmati setiap detik kunjungan kami di Pulau Padar. Semua terekam dengan sangat manis dalam memori kami.
Kami tersenyum, karena pada akhirnya, kami telah berhasil mencapai tujuan kami. Labuan Bajo memang begitu fantastis. Kami menikmati hari-hari yang indah disana. Kami ribuan kilometer perjalanan darat yang telah kami lalui, pulau-pulau yang telah kami singgahi dan selat-selat yang telah kami seberangi. Kombinasi perjalanan darat dan laut yang panjang hingga akhirnya kami sampai ke destinasi utama kami. Semuanya terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Secara khusus kami ingin berterimakasih kepada ASDP Indonesia Ferry, karena semua rencana perjalanan kami tidak akan terwujud tanpa adanya layanan penyeberangan antar pulau menggunakan Kapal Ferry. Kami mengapresiasi pelayanan dari ASDP Indonesia Ferry yang senantiasa memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Kesan-kesan #AsyiknyaNaikFerry selama kami bepergian menggunakan Kapal Ferry dalam ekspedisi kami adalah;
1. Pelayanan dari ASDP Indonesia Ferry yang semakin baik
ASDP Indonesia Ferry telah memberikan banyak peningkatan dalam hal yang berkaitan dengan fasilitas penumpang di Kapal Ferry. Ruang penumpang saat ini menjadi lebih nyaman dengan desain interior yang fresh beserta kursi penumpang yang nyaman, membuat penumpang dapat beristirahat tenang ketika bepergian menggunakan Kapal Ferry. Begitu pula dengan fasilitas ibadah seperti musholla; musholla di Kapal Ferry saat ini semakin bersih, rapi dan tertib membuat para penumpang dapat menunaikan ibadah secara lebih nyaman dan khusyuk.
2. Kemudahan Reservasi Tiket Secara Online Melalui Web
Di era teknologi modern dimana segalanya serba mudah, saat ini kita juga bisa memesan tiket Kapal Ferry melalui halaman web ASDP Indonesia Ferry https://www.indonesiaferry.co.id/, Kita bisa mengakses halaman tersebut dengan mudah baik melalui komputer maupun telepon genggam kita. Selama ekspedisi kami kemarin, kami biasa mencari informasi mengenai ketersediaan kapal, jadwal keberangkatan kapal, hingga tarif penyeberangan Ferry melalui halaman web ini.
3. Bersama Kapal Ferry kami lebih mengenali Indonesia
Perjalanan menggunakan Kapal Ferry telah mengantarkan kami ke destinasi-destinasi baru yang begitu hebat. Ketika bepergian bersama Ferry, kami melihat; deretan pantai-pantai cantik, gugusan kepulauan yang berjajar rapi hingga atraksi lumba-lumba di laut yang begitu mengesankan. Perjalanan bersama Kapal Ferry telah membuka mata kami bahwa Indonesia begitu indah, kami menjadi semakin bangga karena telah tumbuh dan dibesarkan di negeri yang teramat indah ini.
4. Kapal Ferry mempertemukan kami dengan wajah-wajah baru
Ketika kami bepergian bersama Ferry, kami merasa bahwa kami sedang menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Ketersediaan jaringan seluler yang minim di tengah lautan membuat kami tidak perlu repot-repot sibuk mengecek notifikasi telepon genggam setiap waktu. Tak ada dunia maya, yang ada hanya dunia nyata. Tak ada media sosial, yang ada bersosialisasi langsung dengan orang baru. Kami begitu menikmati penyeberangan di Kapal Ferry. Waktu kami tidak habis untuk sibuk dengan telepon genggam masing-masing. Namun, waktu di Kapal Ferry kami habiskan dengan bertemu orang-orang baru dengan berbagai kisahnya masing-masing. Kami saling berbagi cerita seputar pengalaman yang telah kami lalui. Banyak inspirasi yang kami dapatkan dari kawan-kawan baru yang kami temui di Ferry. Cerita seru dan obrolan bersama Ghazali, Mike, Isabella, Pak Wawan, Kato-san, John dan Abdul benar-benar inspiratif dan memberikan banyak wawasan baru bagi kami! Hikmah dari perjalanan itu adalah bahwa terkadang kita perlu disconnect untuk connect dengan dunia nyata di sekitar kita.
Kembali Ke Surabaya
Akhirnya, perjalanan itu telah selesai. Kami harus kembali ke Surabaya. Kami kembali menyeberang ke Sumbawa, Lombok, Bali dan Jawa. Akhirnya kami sampai dengan selamat ke kota asal kami, Surabaya. Perjalanan mungkin telah usai, namun memori indah selama perjalanan akan terkenang selamanya!
“Perjalanan itu begitu hebat, menempuh jarak kurang lebih 2.200 km menggunakan motor bebek dan Kapal Ferry. Perjalanan kami memakan waktu 12 hari, menyeberangi 9 pulau, melintasi 4 provinsi, melewati puluhan kabupaten/kota, dan menemui ratusan kawan baru dengan kisahnya masing-masing. Perjalanan mungkin telah usai, namun memori indah selama perjalanan akan terkenang selamanya!"
Lihat juga:
Video dokumentasi perjalanan kami dari Jawa hingga ke Labuan Bajo. Perjalanan #AsyiknyaNaikFerry menyapa Indonesia Timur yang akan terus kami kenang. The journey might have ended, but the memories will stay forever!
Artikel blog ini diikutsertakan pada #AsyiknyaNaikFerry Blog Competition dalam rangka memperingati ulang tahun PT ASDP Indonesia Ferry yang ke-45.
We Love Indonesia and Thank You for Bridging The Nation!
.
.
Dirgahayu dan Maju selalu PT ASDP Indonesia Ferry!
Yorumlar